Jumat, 06 Juni 2008

MANFAAT COKLAT BAGI TUBUH

PENGETAHUAN DAN WAWASAN MASYARAKAT KELURAHAN MUARA CIUJUNG BARAT TENTANG MANFAAT COKELAT BAGI TUBUH


Disusun dalam rangka memenuhi tugas akhir semester mata pelajaran Metodologi Penelitian


















Disusun oleh:

Rika Haeriyah






DINAS PENDIDIKAN PROVINSI BANTEN
SMAN CAHAYA MADANI BANTEN BOARDING SCHOOL
(CMBBS)

LEMBAR PENGESAHAN

PERANAN TANAMAN JAHE TERHADAP SYNDROM MORNING SICKNESS

Disahkan pada tanggal 6 Juni 2008

Pembimbing,



Jubaedi, S.Pd, M.Si
NIP 132 093 412

Mengetahui,
Kepala SMAN CMBBS







Drs. H. Adin Wahyudin. M.Pd
NIP 130 815 317
KATA PENGANTAR


Puji dan syukur kami (penulis) panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas berkat rahmat dan tuntunan-Nyalah, penulis akhirnya dapat menyelesaikan karya tulis ini dengan judul ”Peranan Tanaman Jahe terhadap Syndrom Morning Sickness”.
Adapun karya tulis ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas Metodologi Penelitian yang dilaksanakan oleh Guru yang bersangkutan sebagai ajang penembangan kreativitas siswa/i.
Penulis menyadari terselesaikannya karya tulis ini berkat campur tangan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan rasa terimakasih yang tulus kepada :
Yang terhormat Bapak Suki Suwardi, M.Pd., selaku pembina metodologi penelitian.
Yang terhormat Bapak Jubaedi, M.Psi., selaku pembimbing dalam menyelesaikan penulisan karya ilmiah ini.
Yang terhormat Ibu Purlilaiceu, selaku pembimbing dalam menyelesaikan penulisan ini.
Yang terhormat Bapak Undang Sunandy, S.p., yang memberikan masukan dalam penentuan ide penelitian.

Penulis menyadari, dalam karya tulis ini masih terdapat banyak kekurangan. Untuk itu berbagai masukan baik itu saran maupun kritik yang sifatnya membangun demi penyempurnaan penulisan-penulisan mendatang sangat penulis harapkan. Semoga karya tulis ini bermanfaat.

Pendeglang, 03 Maret 2008


Penulis
DAFTAR ISI


Lembar Pengesahan................................................................................................... i
Kata Pengantar.......................................................................................................... ii
Daftar isi.................................................................................................................... iii
Bab I Pendahuluan..................................................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................................ 1
B. Batasan Masalah......................................................................................... 3
C. Rumusan Masalah....................................................................................... 3
D. Tujuan Penelitian......................................................................................... 4
E. Manfaat Penelitian........................................................................................ 4
F. Hipotesis..................................................................................................... 4
Bab II Landasan Teori............................................................................................... 5
1. Jahe............................................................................................................ 5
1.1. Sejarah Singkat.................................................................................... 5
1.2. Uraian Tanaman................................................................................... 6
1.3. Kandungan dan Manfaat....................................................................... 8
1.4. Sentra Penanaman................................................................................ 10
1.5. Syarat Pertumbuhan............................................................................. 11
1.6. Pedoman Budidaya............................................................................ 12
1.7. Hama dan Penyakit............................................................................ 20
1.8. Panen.................................................................................................. 25
1.9. Pasca Panen......................................................................................... 26
2. Morning sickness................................................................................................ 29
2.1. Uraian................................................................................................ 29
2.2. Penyebab........................................................................................... 30
2.3. Gejala................................................................................................ 31
Bab III Metodologi Penelitian................................................................................ 32
A. Jenis Penelitian........................................................................................ 32
B. Metode Penelitian................................................................................... 35
Bab IV Hasil dan Pembahasan..................................................................... 37
A. Hasil....................................................................................................... 37
B. Pembahasan/Analisis Data....................................................................... 37
Bab V Penutup........................................................................................... 40
A. Kesimpulan............................................................................................ 40
B. Saran...................................................................................................... 40
Daftar Pustaka........................................................................................................... 42
Lampiran................................................................................................................ .. 44



BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang


Indonesia adalah Negara yang memiliki kekayaan sumber daya alam khususnya sumber daya alam hayati yang amat berlimpah. Tidak kurang dari 42 ekosistem daratan dan lautan yang dapat dijumpai di negeri ini, mulai dari padang es sampai ke hutan lembap. Ada beberapa pulau di Indonesia yaitu Kalimantan, Sumatra, Sulawesi, Papua dan Jawa yang sebagian besar wilayahnya adalah hutan dan perkebunan. Hutan-hutan dan perkebunan-perkebunan di Indonesia mempunyai beranekaragam tumbuhan, baik yang dibudidayakan maupun yang tidak. Tetapi masyarakat belum mampu memanfaatkannya dengan optimal dan seringkali kurang memperhatikan kegunaan dan manfaat tumbuhan sekitar, seperti rempah-rempah , misalnya Jahe.

Tanaman jahe dengan nama ilmiah Zingiber Officinale telah lama dikenal dan tumbuh baik di negara kita. Jahe merupakan salah satu rempah-rempah penting. Rimpangnya sangat luas dipakai, antara lain sebagai bumbu masak, pemberi aroma dan rasa pada makanan seperti roti, kue, biscuit, kembang gula dan berbagai minuman. Jahe juga digunakan dalam industri obat, minyak wangi dan jamu tradisional. Jahe muda dimakan sebagai lalaban, diolah menjadi asinan dan acar.

Kehamilan adalah sesuatu hal yang membahagiakan khususnya bagi pasangan suami istri. Rasanya sangat istimewa, ketika kita mengetahui bahwa didalam rahim kita ada sesosok benih buah hati kita yang sedang tumbuh dan menunggu saat dilahirkan ke dunia. Tetapi tidak semua wanita dapat mengatasi saat-saat kehamilan. Masalahnya, pada masa kehamilan, khususnya bulan pertama, banyak keluhan yang dialami calon ibu,. Diantaranya adalah keluhan mual muntah, atau yang biasa disebut morning sickness.

Selain berguna untuk bumbu dapur, Jahe juga sangat berguna bagi kesehatan tubuh manusia. Menurut Dr. Francesca Borelli dari University of Naples Frederico di Italia, "Jahe bisa menjadi terapi yang efektif untuk mengatasi rasa mual dan muntah dalam kehamilan".

Menurut sebuah ulasan yang dipublikasikan oleh jurnal Obstetrics & Gynecology, jahe dapat membantu para wanita hamil yang mengalami morning sickness tanpa menimbulkan efek samping yang membahayakan janin di dalam kandungannya. Wanita hamil yang mengkonsumsi jahe tidak mengalami gangguan dalam kehamilannya, demikian dilaporkan oleh para peneliti di dalam jurnal tersebut.

Dalam sebuah penelitian lainnya yang melibatkan 246 wanita, jahe selalu mengungguli placebo dalam mengatasi mual dan muntah, bahkan pada wanita yang mengalami morning sickness berat yang disebut hyperemesis gravidarum.

Pembuktian ilmiah telah dilakukan di Inggris yang menunjukkan jahe efektif mengurangi mual bahkan mual yang timbul setelah operasi caesar.

Pada penelitian terbaru, para partisipan secara acak diberikan kapsul yang mengandung 350 mg jahe atau 25 mg vitamin B6 sebanyak tiga kali sehari selama tiga minggu. Pada penelitian tersebut ditemukan bahwa jahe sama efektifnya dengan vitamin B6 dalam mengatasi rasa mual dan muntah. Gejala morning sickness dapat diatasi pada lebih dari separuh jumlah wanita dalam setiap kelompok tersebut.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis terdorong melakukan penelitian dengan melakukan studi pustaka dan berniat untuk menuliskan sebuah karya ilmiah dengan mengangkat topik kegunaan tumbuhan jahe terhadap rasa mual pada ibu hamil (morning sickness).


B. Pembatasan Masalah

Pada penelitian Karya Ilmiah ini penulis membahas mengenai pengaruh zat-zat yang terkandung dalam tanaman jahe terhadap ibu hamil, khususnya rasa mual yang dirasakan ibu hamil pada masa kehamilan (morning sickness). Disini penulis juga membahas tentang Jahe secara spesifik, mulai dari awal penanaman sampai pascapanen Jahe tersebut.


C. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas kami merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pengaruh zat-zat yang terkandung pada tanaman Jahe terhadap rasa mual pada masa kehamilan ( morning sickness ) ?
2. Adakah perubahan yang terjadi pada rasa mual yang dirasakan ibu hamil setelah diberikan perlakuan dengan mengkonsumsi tanaman Jahe ?


D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilakukannya penelitian tersebut adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh bentuk zat-zat yang terkandung pada tanaman Jahe terhadap rasa mual yang dirasakan ibu hamil pada masa kehamilan (morning sickness).
2. Untuk melihat perubahan-perubahan yang terjadi ibu hamil tersebut sebagai dampak dari perlakuan yang diberikan.


E. Manfaat Penelitian

Sesuai dengan tujuan di atas, manfaat yang dapat diambil dari penelitian yang dilakukan bahwa hasil penelitian dapat dijadikan acuan bagi masyarakat, khususnya ibu hamil untuk mengendalikan rasa mual pada masa kehamilan (morning sickness) .


F. Hipotesis

Dari landasan teori yang ada, maka penulis memperkirakan bahwa:
1. Tanaman Jahe dapat menghilangkan rasa mual pada masa kehamilan atau yang lazim disebut morning sickness.
2. Hilangnya rasa mual pada masa kehamilan disebabkan oleh zat-zat yang terkandung di dalam tanaman Jahe.

BAB II
LANDASAN TEORI


1. Jahe

1.1. Sejarah Singkat

Jahe merupakan tanaman obat berupa tumbuhan rumpun berbatang semu. Jahe berasal dari Asia Pasifik yang tersebar dari India sampai Cina. Oleh karena itu kedua bangsa ini disebut sebut sebagai bangsa yang pertama kali memanfaatkan jahe terutama sebagai bahan minuman, bumbu masak dan obat-obatan tradisional.

Jahe termasuk dalam suku temu-temuan (Zingiberaceae), se-famili dengan temu-temuan lainnya seperti temu lawak (Cucuma xanthorrizha), temu hitam (Curcuma aeruginosa), kunyit (Curcuma domestica), kencur (Kaempferia galanga), lengkuas (Languas galanga) dan lain-lain.

Jahe dalam bahasa Inggris dikenal dengan sebutan Ginger. Bengali, Jeung, Ciang, atau Jiang dalam bahasa Cina, Zenzero dalam bahasa Italia, dan Jengibre dalam bahasa Spanyol. Di beberapa daerah di Indonesia juga dikenal dengan sebutan Aliah (Sumatra), Jahi (lampung), Jae (Jawa, sasak), Jhai (Madura), Cipakan (Bali), Sipados (Kutai), halia (Aceh), beeuing (Gayo), bahing (Batak Karo), sipodeh (Minangkabau), jahe (Sunda), melito (Gorontalo), geraka (Ternate), dan Pese (Bugis).

Zingiber officinale merupakan tumbuhan herba menahun yang tumbuh liar di ladang-ladang berkadar tanah lembab dan memperoleh banyak sinar matahari. Batangnya tegak, berakar serabut dan berumbi dengan rimpang mendatar. Tumbuhan semak berbatang semu ini tingginya bisa mencapai 30 cm - 1 m. Rimpang jahe berkulit agak tebal membungkus daging umbi yang berserat dan berwarna coklat beraroma khas. Bentuk daun bulat panjang dan tidak lebar. Berdaun tunggal, berbentuk lanset dengan panjang antara 15 - 28 mm. Bunganya memiliki 2 kelamin dengan 1 benang sari dan 3 putik bunga. Bunga ini muncul pada ketiak daun dengan posisi duduk. Biasanya jahe di tanam pada dataran rendah sampai dataran tinggi (daerah subtropis & tropis) di ketinggian 1500 m di atas permukaan laut. Akarnya akar serabut.

1.2. Uraian Tanaman
Berikut adalah beberapa uraian mengenai tananman Jahe:
1.2.1. Klasifikasi

Divisi : Spermatophyta
Sub-divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Zingiber
Species : Zingiber officinale

1.2.2. Deskripsi Tanaman

Terna berbatang semu, tinggi 30 cm sampai 1 m, rimpang bila dipotong berwarna kuning atau jingga. Daun sempit, panjang 15 – 23 mm, lebar 8 – 15 mm ; tangkai daun berbulu, panjang 2 – 4 mm ; bentuk lidah daun memanjang, panjang 7,5 – 10 mm, dan tidak berbulu; seludang agak berbulu. Perbungaan berupa malai tersembul dipermukaan tanah, berbentuk tongkat atau bundar telur yang sempit, 2,75 – 3 kali lebarnya, sangat tajam ; panjang malai 3,5 – 5 cm, lebar 1,5 – 1,75 cm ; gagang bunga hampir tidak berbulu, panjang 25 cm, rahis berbulu jarang ; sisik pada gagang terdapat 5 – 7 buah, berbentuk lanset, letaknya berdekatan atau rapat, hampir tidak berbulu, panjang sisik 3 – 5 cm; daun pelindung berbentuk bundar telur terbalik, bundar pada ujungnya, tidak berbulu, berwarna hijau cerah, panjang 2,5 cm, lebar 1 – 1,75 cm ; mahkota bunga berbentuk tabung 2 – 2,5 cm, helainya agak sempit, berbentuk tajam, berwarna kuning kehijauan, panjang 1,5 – 2,5 mm, lebar 3 – 3,5 mm, bibir berwarna ungu, gelap, berbintik-bintik berwarna putih kekuningan, panjang 12 – 15 mm ; kepala sari berwarna ungu, panjang 9 mm ; tangkai putik 2 cm.

1.2.3. Jenis Tanaman

Jahe dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan ukuran, bentuk dan warna rimpangnya. Umumnya dikenal 3 varietas jahe, yaitu :

a) Jahe putih/kuning besar atau disebut juga jahe gajah atau jahe badak.
Rimpangnya lebih besar dan gemuk, ruas rimpangnya lebih menggembung dari kedua varietas lainnya. Jenis jahe ini bias dikonsumsi baik saat berumur muda maupun berumur tua, baik sebagai jahe segar maupun jahe olahan.

b) Jahe putih/kuning kecil atau disebut juga jahe sunti atau jahe emprit.
Ruasnya kecil, agak rata sampai agak sedikit menggembung. Jahe ini selalu dipanen setelah berumur tua. Kandungan minyak atsirinya lebih besar dari pada jahe gajah, sehingga rasanya lebih pedas, disamping seratnya tinggi. Jahe ini cocok untuk ramuan obat-obatan, atau untuk diekstrak oleoresin dan minyak atsirinya.

c) Jahe merah
Rimpangnya berwarna merah dan lebih kecil dari pada jahe putih kecil, sama seperti jahe kecil, jahe merah selalu dipanen setelah tua, dan juga memiliki kandungan minyak atsiri yang sama dengan jahe kecil, sehingga cocok untuk ramuan obat-obatan.
Jahe Merah Jahe Putih




1.3. Kandungan dan Manfaat Tanaman

Menurut Farmakope Belanda, Zingiber Rhizoma (Rhizoma Zingiberis- akar jahe) yang berupa umbi Zingerber officinale mengandung 6% bahan obat-obatan yang sering dipakai sebagai rumusan obat-obatan atau sebagai obat resmi di 23 negara. Menurut daftar prioritas WHO, jahe merupakan tanaman obat-obatan yang paling banyak dipakai di dunia. Di negara Malaysia, Filipina dan Indonesia telah banyak ditemukan manfaat therapeutis. Sejak dulu Jahe dipergunakan sebagai obat, atau bumbu dapur dan aneka keperluan lainnya.

Rimpang jahe mengandung minyak atsiri, damar, mineral sineol, fellandren, kamfer, borneol, zingiberin, zingiberol, gigerol ( misalnya di bagian-bagian merah), zingeron, lipidas, asam aminos, niacin, vitamin A, B1, C dan protein. Minyak jahe berwarna kuning dan kental. Minyak ini kebanyakan mengandung terpen, fellandren, dextrokamfen, bahan sesquiterpen yang dinamakan zingiberen, zingeron damar, dan pati.

Menurut data dari Bagian Riset dan Pengembangan PT Sido Muncul, jahe mengandung satu sampai empat persen minyak atsiri dan oleoresin. Komposisi minyak yang terkandung bervariasi tergantung dari geografi tanaman berasal. Kandungan utamanya yaitu zingiberene, arcurcumene, sesquiphellandrene, dan bisabolene.

Jahe dapat merangsang kelenjar pencernaan, baik untuk membangkitkan nafsu makan dan pencernaan. Jahe berguna sebagai obat gosok untuk penyakit encok dan sakit kepala. Jahe segar yang ditumbuk halus dapat digunakan sebagai obat luar untuk sebagai obat mulas. Rasa dan aromanya pedas dapat menghangatkan tubuh dan mengeluarkan keringat. Minyak atsirinya bermanfaat untuk menghilangkan nyeri, anti inflamasi dan anti bakteri. Air perasan umbinya (akar tongkat) digunakan untuk penyakit katarak. Pada umumnya jahe dipakai sebagai pencampur beberapa jenis obat yaitu sebagai obat batuk, rnengobati Iuka luar dan dalam ,melawan gatal (umbinya ditumbuk haIus), untuk mengobati gigitan ular, dan untuk mengobati rasa mual baik dalam perjalanan maupun pada masa kehamilan.

Adapun manfaat secara pharmakologi antara lain adalah sebagai karminatif (peluruh kentut), anti muntah, pereda kejang, anti pengerasan pembuluh darah, peluruh keringat, anti inflamasi, anti mikroba dan parasit, anti piretik, anti rematik, serta merangsang pengeluaran getah lambung dan getah empedu.

Secara tradisional jahe digunakan sebagai peluruh dahak atau obat batuk, peluruh keringat, peluruh angin perut, diare, dan pencegah mual. Baik untuk menghilangkan mual dan kembung karena perjalanan jauh (mabuk darat, mabuk udara, atau mabuk laut) bahkan pada beberapa buku teks pengobatan menganjurkan wanita hamil agar mengkonsumsi jahe untuk menghilangkan rasa mual dan muntah selama kehamilan.

1.4. Sentra Penanaman

Tumbuhan ini berasal dari Asia Selatan (India) dan RRC, kini ditemukan di wilayah tropis dan subtropis, contohnya di Indonesia. Tanaman Jahe biasanya ditanam di daerah beriklim panas, terutama di tanah gembur, kering dan subur. Jahe yang amat baik dihasilkan di Jamaika, Sri Langka dan Cina.

Tanaman Jahe terdapat di seluruh Indonesia, ditanam di kebun dan di pekarangan. Pada saat ini jahe telah banyak dibudidayakan di Australia, Srilangka, Cina, Mesir, Yunani, India, Indonesia, Jamaika, Jepang, Meksiko, Nigeria, Pakistan. Jahe dari Jamaika mempunyai kualitas tertinggi, sedangkan India merupakan negara produsen jahe terbesar, yaitu lebih dari 50 % dari total produksi jahe dunia.

1.5. Syarat Pertumbuhan

Terdapat beberapa faktor-faktor atau syarat-syarat yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman jahe:

1.5.1. Iklim
a.) Tanaman jahe membutuhkan curah hujan relatif tinggi, yaitu antara 2.500-4.000 mm/tahun.
b.) Pada umur 2,5 sampai 7 bulan atau lebih tanaman jahe memerlukan sinar matahari. Dengan kata lain penanaman jahe dilakukan di tempat yang terbuka sehingga mendapat sinar matahari sepanjang hari.
c.) Suhu udara optimum untuk budidaya tanaman jahe antara 20-35oC.

1.5.2. Media Tanam
a.) Tanaman jahe paling cocok ditanam pada tanah yang subur, gembur dan banyak mengandung humus.
b.) Tekstur tanah yang baik adalah lempung berpasir, liat berpasir dan tanah laterik.
c.) Tanaman jahe dapat tumbuh pada keasaman tanah (pH) sekitar 4,3-7,4.

1.5.3. Ketinggian Tempat
a) Jahe tumbuh baik di daerah tropis dan subtropis dengan ketinggian 0 - 2.000 m dpl.
b) Di Indonesia pada umumnya ditanam pada ketinggian 200 - 600 m dpl.

1.6. Pedoman Budidaya
Pedoman-pedoman pembudidayaan untuk tanamna jahe, antara lain:
1.6.1. Pembibitan

a) Persyaratan Bibit
Bibit berkualitas adalah bibit yang memenuhi syarat mutu genetik, mutu fisiologi (persentase tumbuh yang tinggi), dan mutu fisik. Yang dimaksud dengan mutu fisik adalah bibit yang bebas hama dan penyakit. Oleh karena itu kriteria yang harus dipenuhi antara lain:
Ø Bahan bibit diambil langsung dari kebun (bukan dari pasar).
Ø Dipilih bahan bibit dari tanaman yang sudah tua (berumur 9-10 bulan).
Ø Dipilih pula dari tanaman yang sehat dan kulit rimpang tidak terluka atau lecet.

b) Teknik Penyemaian Bibit
Untuk pertumbuhan tanaman yang serentak atau seragam, bibit jangan langsung ditanam sebaiknya terlebih dahulu dikecambahkan. Penyemaian bibit dapat dilakukan dengan peti kayu atau dengan bedengan. Berikut ini macam-macam penyemaian bibit tanaman Jahe:
Ø Penyemaian pada peti kayu
Rimpang jahe yang baru dipanen dijemur sementara (tidak sampai kering), kemudian disimpan sekitar 1-1,5 bulan. Patahkan rimpang tersebut dengan tangan dimana setiap potongan memiliki 3-5 mata tunas dan dijemur ulang 1/2-1 hari. Selanjutnya potongan bakal bibit tersebut dikemas ke dalam karung beranyaman jarang, lalu dicelupkan dalam larutan fungisida dan zat pengatur tumbuh sekitar 1 menit kemudian keringkan. Setelah itu dimasukkan kedalam peti kayu.

Lakukan cara penyemaian dengan peti kayu sebagai berikut: pada bagian dasar peti kayu diletakkan bakal bibit selapis, kemudian di atasnya diberi abu gosok atau sekam padi, demikian seterusnya sehingga yang paling atas adalah abu gosok atau sekam padi tersebut. Setelah 2-4 minggu, bibit jahe tersebut sudah disemai.
Ø Penyemaian pada bedengan
Pertama, buat rumah penyemaian sederhana ukuran 10 x 8 m untuk menanam bibit 1 ton. Di dalam rumah penyemaian tersebut dibuat bedengan dari tumpukan jerami setebal 10 cm. Rimpang bakal bibit disusun pada bedengan jerami lalu ditutup jerami, dan di atasnya diberi rimpang lalu diberi jerami pula, demikian seterusnya, sehingga didapatkan 4 susunan lapis rimpang dengan bagian atas berupa jerami.

Perawatan bibit pada bedengan dapat dilakukan dengan penyiraman setiap hari dan sesekali disemprot dengan fungisida. Setelah 2 minggu, biasanya rimpang sudah bertunas. Bila bibit bertunas dipilih agar tidak terbawa bibit berkualitas rendah. Bibit hasil seleksi itu dipatah-patahkan dengan tangan dan setiap potongan memiliki 3-5 mata tunas dan beratnya 40-60 gram.

c) Penyiapan Bibit
Sebelum ditanam, bibit harus dibebaskan dari ancaman penyakit dengan cara bibit tersebut dimasukkan ke dalam karung dan dicelupkan ke dalam larutan fungisida sekitar 8 jam. Kemudian bibit dijemur 2-4 jam, barulah ditanam.

1.6.2. Pengolahan Media Tanam
Berikut langkah-langkah pengelohan tanaman jahe:
a) Persiapan Lahan
Untuk mendapatkan hasil panen yang optimal harus diperhatikan syarat-syarat tumbuh yang dibutuhkan tanaman jahe. Bila keasaman tanah yang ada tidak sesuai dengan keasaman tanah yang dibutuhkan tanaman jahe, maka harus ditambah atau dikurangi keasaman dengan kapur.

b) Pembukaan Lahan
Pengolahan tanah diawali dengan dibajak sedalam kurang lebih dari 30 cm dengan tujuan untuk mendapatkan kondisi tanah yang gembur atau remah dan membersihkan tanaman pengganggu. Setelah itu tanah dibiarkan 2-4 minggu agar gas-gas beracun menguap serta bibit penyakit dan hama akan mati terkena sinar matahari.
Apabila pada pengolahan tanah pertama dirasakan belum juga gembur, maka dapat dilakukan pengolahan tanah yang kedua sekitar 2-3 minggu sebelum tanam dan sekaligus diberikan pupuk kandang dengan dosis 1.500-2.500 kg.

c) Pembentukan Bedengan
Pada daerah-daerah yang kondisi air tanahnya jelek dan sekaligus untuk mencegah terjadinya genangan air, sebaiknya tanah diolah menjadi bedengan-bedengan dengan ukuran tinggi 20-30 cm, lebar 80-100 cm, sedangkan panjangnya disesuaikan dengan kondisi lahan.

d) Pengapuran
Pada tanah dengan pH rendah, sebagian besar unsur-unsur hara didalamnya, terutama fosfor (P) dan calcium (Ca) dalam keadaan tidak tersedia atau sulit diserap. Kondisi tanah yang masam ini dapat menjadi media perkembangan beberapa cendawan penyebab penyakit fusarium sp dan pythium sp.

Pengapuran juga berfungsi menambah unsur kalium yang sangat diperlukan tanaman untuk mengeraskan bagian tanaman yang berkayu, merangsang pembentukan bulu-bulu akar, mempertebal dinding sel buah dan merangsang pembentukan biji. Berikut pengaruh kondisi tanah berdasarkan derajat keasaman terhadap penggunaan dolomit:
Ø Derajat keasaman <> 10 ton/ha.
Ø Derajat keasaman 5 (asam): kebutuhan dolomit 5.5 ton/ha.
Ø Derajat keasaman 6 (agak asam): kebutuhan dolomit 0.8 ton/ha.

1.6.3. Teknik Penanaman
Teknik-teknik penanaman tanaman jahe dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut:
a) Penentuan Pola Tanaman
Pembudidayaan jahe secara monokultur pada suatu daerah tertentu memang dinilai cukup rasional, karena mampu memberikan produksi dan produksi tinggi. Namun di daerah, pembudidayaan tanaman jahe secara monokultur kurang dapat diterima karena selalu menimbulkan kerugian. Penanaman jahe secara tumpangsari dengan tanaman lain mempunyai keuntungan-keuntungan sebagai berikut:
Ø Mengurangi kerugian yang disebabkan naik turunnya harga.
Ø Menekan biaya kerja, seperti: tenaga kerja pemeliharaan tanaman.
Ø Meningkatkan produktivitas lahan.
Ø Memperbaiki sifat fisik dan mengawetkan tanah akibat rendahnya pertumbuhan gulma (tanaman pengganggu).
Praktek di lapangan, ada jahe yang ditumpangsarikan dengan sayur-sayuran, seperti mentimun, bawang merah, cabe rawit, buncis dan lain-lain. Ada juga yang ditumpangsarikan dengan palawija, seperti jagung, kacang tanah dan beberapa kacang-kacangan lainnya.

b) Pembuatan Lubang Tanam
Untuk menghindari pertumbuhan jahe yang jelek, karena kondisi air tanah yang buruk, maka sebaiknya tanah diolah menjadi bedengan-bedengan. Selanjutnya buat lubang-lubang kecil atau alur sedalam 3-7,5 cm untuk menanam bibit.

c) Cara Penanaman
Cara penanaman dilakukan dengan cara melekatkan bibit rimpang secara rebah ke dalam lubang tanam atau alur yang sudah disiapkan.

d) Perioda Tanam
Penanaman jahe sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan sekitar bulan September dan Oktober. Hal ini dimungkinkan karena tanaman muda akan membutuhkan air cukup banyak untuk pertumbuhannya.

1.6.4. Pemeliharaan Tanaman
Kegiatan atau langkah-langkah pemeliharaan tanaman jahe dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a) Penyulaman
Sekitar 2-3 minggu setelah tanam, hendaknya diadakan untuk melihat rimpang yang mati. Bila demikian harus segera dilaksanakan penyulaman agar pertumbuhan bibit sulaman itu tidak jauh tertinggal dengan tanaman lain, maka sebaiknya dipilih bibit rimpang yang baik serta pemeliharaan yang benar.

b) Penyiangan
Penyiangan pertama dilakukan ketika tanaman jahe berumur 2-4 minggu kemudian dilanjutkan 3-6 minggu sekali. Tergantung pada kondisi tanaman pengganggu yang tumbuh. Namun setelah jahe berumur 6-7 bulan, sebaiknya tidak perlu dilakukan penyiangan lagi, sebab pada umur tersebut rimpangnya mulai besar.

c) Pembubunan
Tanaman jahe memerlukan tanah yang peredaran udara dan air dapat berjalan dengan baik, maka tanah harus digemburkan. Disamping itu tujuan pembubunan untuk menimbun rimpang jahe yang kadang-kadang muncul ke atas permukaan tanah.

Apabila tanaman jahe masih muda, cukup tanah dicangkul tipis di sekeliling rumpun dengan jarak kurang lebih 30 cm. Pada bulan berikutnya dapat diperdalam dan diperlebar setiap kali pembubunan akan berbentuk gubidan dan sekaligus terbentuk sistem pengairan yang berfungsi untuk menyalurkan kelebihan air.

Pertama kali dilakukan pembumbunan pada waktu tanaman jahe berbentuk rumpun yang terdiri atas 3-4 batang semu, umumnya pembubunan dilakukan 2-3 kali selama umur tanaman jahe. Namun tergantung kepada kondisi tanah dan banyaknya hujan.

d) Pemupukan
Jenis-jenis pemupukan pada tanaman jahe antara lain:
Ø Pemupukan Organik
Pada pertanian organik yang tidak menggunakan bahan kimia termasuk pupuk buatan dan obat-obatan, maka pemupukan secara organik yaitu dengan menggunakan pupuk kompos organik atau pupuk kandang lebih sering dilakukan dibandingkan kita menggunakan pupuk buatan.
Adapun pemberian pupuk kompos organik ini dilakukan pada awal pertanaman pada saat pembuatan guludan sebagai pupuk dasar sebanyak 60 – 80 ton per hektar yang ditebar dan dicampur tanah olahan.

Untuk menghemat pemakaian pupuk kompos dapat juga dilakukan dengan jalan mengisi tiap-tiap lubang tanam di awal pertanaman sebanyak 0.5 – 1kg per tanaman. Pupuk sisipan selanjutnya dilakukan pada umur 2 – 3 bulan, 4 – 6 bulan, dan 8 – 10 bulan. Adapun dosis pupuk sisipan sebanyak 2 – 3 kg per tanaman. Pemberian pupuk kompos ini biasanya dilakukan setelah kegiatan penyiangan dan bersamaan dengan kegiatan pembubunan.
Ø Pemupukan Konvensional
Selain pupuk dasar (pada awal penanaman), tanaman jahe perlu diberi pupuk susulan kedua (pada saat tanaman berumur 2-4 bulan). Pupuk dasar yang digunakan adalah pupuk organik 15-20 ton/ha.

Pemupukan tahap kedua digunakan pupuk kandang dan pupuk buatan (urea 20 gram/pohon; TSP 10 gram/pohon; dan ZK 10 gram/pohon), serta K2O (112 kg/ha) pada tanaman yang berumur 4 bulan. Pemupukan juga dilakukan dengan pupuk nitrogen (60 kg/ha), P2O5 (50 kg/ha), dan K2O (75 kg/ha). Pupuk P diberikan pada awal tanam, pupuk N dan K diberikan pada awal tanam (1/3 dosis) dan sisanya (2/3 dosis) diberikan pada saat tanaman berumur 2 bulan dan 4 bulan. Pupuk diberikan dengan ditebarkan secara merata di sekitar tanaman atau dalam bentuk alur dan ditanam di sela-sela tanaman.

e) Pengairan dan Penyiraman
Tanaman jahe tidak memerlukan air yang terlalu banyak untuk pertumbuhannya, akan tetapi pada awal masa tanam diusahakan penanaman pada awal musim hujan sekitar bulan September.

f) Waktu Penyemprotan Pestisida
Penyemprotan pestisida sebaiknya dilakukan mulai dari saat penyimpanan bibit yang untuk disemai dan pada saat pemeliharaan. Penyemprotan pestisida pada fase pemeliharaan biasanya dicampur dengan pupuk organik cair atau vitamin-vitamin yang mendorong pertumbuhan Jahe.

1.7. Hama dan Penyakit

1.7.1. Hama
Hama yang dijumpai pada tanaman jahe adalah:
a) Kepik, menyerang daun tanaman hingga berlubang-lubang.
b) Ulat penggerek akar, menyerang akar tanaman jahe hingga menyebabkan tanaman jahe menjadi kering dan mati.
c) Kumbang.





Kepik Ulat penggerek akar Kumbang
1.7.2. Penyakit
Penyakit yang dijumpai pada tanaman jahe adalah:
a) Penyakit layu bakeri
Gejala:
Mula-mula helaian daun bagian bawah melipat dan menggulung kemudian terjadi perubahan warna dari hijau menjadi kuning dan mengering. Kemudian tunas batang menjadi busuk dan akhirnya tanaman mati rebah. Bila diperhatikan, rimpang yang sakit itu berwarna gelap dan sedikit membusuk, kalau rimpang dipotong akan keluar lendir berwarna putih susu sampai kecoklatan.

Penyakit ini menyerang tanaman jahe pada umur 3-4 bulan dan yang paling berpengaruh adalah faktor suhu udara yang dingin, genangan air dan kondisi tanah yang terlalu lembab.
Pengendalian:
Ø Jaminan kesehatan bibit jahe;
Ø Karantina tanaman jahe yang terkena penyakit;
Ø Pengendalian dengan pengolahan tanah yang baik;
Ø Pengendalian fungisida dithane M-45 (0,25%), Bavistin (0,25%).

b) Penyakit busuk rimpang
Penyakit ini dapat masuk ke bibit rimpang jahe melalui lukanya. Ia akan tumbuh dengan baik pada suhu udara 20-25OC dan terus berkembang akhirnya menyebabkan rimpang menjadi busuk.
Gejala:
Daun bagian bawah yang berubah menjadi kuning lalu layu dan akhirnya tanaman mati.
Pengendalian:
Ø Penggunaan bibit yang sehat;
Ø Penerapan pola tanam yang baik;
Ø Penggunaan fungisida.

c) Penyakit bercak daun
Penyakit ini dapat menular dengan bantuan angin, akan masuk melalui luka maupun tanpa luka.
Gejala:
Pada daun yang bercak-bercak berukuran 3-5 mm, selanjutnya bercak-bercak itu berwarna abu-abu dan ditengahnya terdapat bintik-bintik berwarna hitam, sedangkan pinggirnya busuk basah. Tanaman yang terserang bisa mati.
Pengendalian:
Baik tindakan pencegahan maupun penyemprotan penyakit bercak daun sama halnya dengan cara-cara yang dijelaskan di atas.

1.7.3. Gulma
Gulma potensial pada pertanaman temu lawak adalah gulma kebun antara lain adalah rumput teki, alang-alang, ageratum, dan gulma berdaun lebar lainnya.

1.7.4. Pengendalian hama/penyakit secara organik
Dalam pertanian organik yang tidak menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya melainkan dengan bahan-bahan yang ramah lingkungan biasanya dilakukan secara terpadu sejak awal pertanaman untuk menghindari serangan hama dan penyakit tersebut yang dikenal dengan PHT (Pengendalian Hama Terpadu) yang komponennya adalah sbb:
a) Mengusahakan pertumbuhan tanaman yang sehat yaitu memilih bibit unggul yang sehat bebas dari hama dan penyakit serta tahan terhadap serangan hama dari sejak awal pertanaman.
b) Memanfaatkan semaksimal mungkin musuh-musuh alami.
c) Menggunakan varietas-varietas unggul yang tahan terhadap serangan hama dan penyakit.
d) Menggunakan pengendalian fisik/mekanik yaitu dengan tenaga manusia.
e) Menggunakan teknik-teknik budidaya yang baik misalnya budidaya tumpang sari dengan pemilihan tanaman yang saling menunjang, serta rotasi tanaman pada setiap masa tanamnya untuk memutuskan siklus penyebaran hama dan penyakit potensial.
f) Penggunaan pestisida, insektisida, herbisida alami yang ramah lingkungan dan tidak menimbulkan residu toksik baik pada bahan tanaman yang dipanen ma maupun pada tanah.
Disamping itu penggunaan bahan ini hanya dalam keadaan darurat berdasarkan atas kerusakan ekonomi yang diperoleh dari hasil pengamatan. Beberapa tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati dan digunakan dalam pengendalian hama antara lain adalah:
Ø Tembakau (Nicotiana tabacum) yang mengandung nikotin untuk insektisida kontak sebagai fumigan atau racun perut. Aplikasi untuk serangga kecil misalnya Aphids.
Ø Piretrum (Chrysanthemum cinerariaefolium) yang mengandung piretrin yang dapat digunakan sebagai insektisida sistemik yang menyerang urat syaraf pusat yang aplikasinya dengan semprotan. Aplikasi pada serangga seperti lalat rumah, nyamuk, kutu, hama gudang, dan lalat buah.
Ø Tuba (Derris elliptica dan Derris malaccensis) yang mengandung rotenone untuk insektisida kontak yang diformulasikan dalam bentuk hembusan dan semprotan.
Ø Neem tree atau mimba (Azadirachta indica) yang mengandung azadirachtin yang bekerjanya cukup selektif. Aplikasi racun ini terutama pada serangga penghisap seperti wereng dan serangga pengunyah seperti hama penggulung daun (Cnaphalocrocis medinalis). Bahan ini juga efektif untuk menanggulangi serangan virus RSV, GSV dan Tungro.
Ø Bengkuang (Pachyrrhizus erosus) yang bijinya mengandung rotenoid yaitu pakhirizida yang dapat digunakan sebagai insektisida dan larvasida.
Ø Jeringau (Acorus calamus) yang rimpangnya mengandung komponen utama asaron dan biasanya digunakan untuk racun serangga dan pembasmi cendawan, serta hama gudang Callosobrocus.



Piretrum Tuba Serangga Aphids

1.8. Panen

1.8.1. Ciri dan Umur Panen
Pemanenan dilakukan tergantung dari penggunaan jahe itu sendiri. Bila kebutuhan untuk bumbu penyedap masakan, maka tanaman jahe sudah bisa ditanam pada umur kurang lebih 4 bulan dengan cara mematahkan sebagian rimpang dan sisanya dibiarkan sampai tua.

Apabila jahe untuk dipasarkan maka jahe dipanen setelah cukup tua. Umur tanaman jahe yang sudah bisa dipanen antara 10-12 bulan, dengan ciri-ciri warna daun berubah dari hijau menjadi kuning dan batang mengering.

1.8.2. Cara Panen
Cara panen yang baik, tanah dibongkar dengan hati-hati menggunakan alat garpu atau cangkul, diusahakan jangan sampai rimpang jahe terluka. Selanjutnya tanah dan kotoran lainnya yang menempel pada rimpang dibersihkan dan bila perlu dicuci. Sesudah itu jahe dijemur di atas papan atau daun pisang kira-kira selama 1 minggu. Tempat penyimpanan harus terbuka, tidak lembab dan penumpukannya jangan terlalu tinggi melainkan agak disebar.

1.8.3. Periode Panen
Waktu panen sebaiknya dilakukan sebelum musim hujan, yaitu diantara bulan Juni – Agustus. Saat panen biasanya ditandai dengan mengeringnya bagian atas tanah. Namun demikian apabila tidak sempat dipanen pada musim kemarau tahun pertama ini sebaiknya dilakukan pada musim kemarau tahun berikutnya.
Pemanenan pada musim hujan menyebabkan rusaknya rimpang dan menurunkan kualitas rimpang sehubungan dengan rendahnya bahan aktif karena lebih banyak kadar airnya.

1.8.4. Perkiraan Hasil Panen
Produksi rimpang segar untuk klon jahe gajah berkisar antara 15-25 ton/hektar, sedangkan untuk klon jahe biasa atau jahe sunti berkisar antara 10-15 ton/hektar.

1.9. Pasca Panen
Langkah-langkah yang dilakukan pasca panen antara lain:
1.9.1. Penyortiran Basah dan Pencucian
Sortasi pada bahan segar dilakukan untuk memisahkan rimpang dari kotoran berupa tanah, sisa tanaman, dan gulma. Setelah selesai, timbang jumlah bahan hasil penyortiran dan tempatkan dalam wadah plastik untuk pencucian.
Pencucian dilakukan dengan air bersih, jika perlu disemprot dengan air bertekanan tinggi. Amati air bilasannya dan jika masih terlihat kotor lakukan pembilasan sekali atau dua kali lagi. Hindari pencucian yang terlalu lama agar kualitas dan senyawa aktif yang terkandung didalam tidak larut dalam air. Pemakaian air sungai harus dihindari karena dikhawatirkan telah tercemar kotoran dan banyak mengandung bakteri/penyakit.
Setelah pencucian selesai, tiriskan dalam tray/wadah yang belubang-lubang agar sisa air cucian yang tertinggal dapat dipisahkan, setelah itu tempatkan dalam wadah plastik/ember.

1.9.2. Perajangan
Jika perlu proses perajangan, lakukan dengan pisau stainless steel dan alasi bahan yang akan dirajang dengan talenan. Perajangan rimpang dilakukan melintang dengan ketebalan kira-kira 5 mm – 7 mm. Setelah perajangan, timbang hasilnya dan taruh dalam wadah plastik/ember. Perajangan dapat dilakukan secara manual atau dengan mesin pemotong.

1.9.3. Pengeringan
Pengeringan dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan sinar matahari atau alat pemanas/oven. Pengeringan rimpang dilakukan selama 3 - 5 hari, atau setelah kadar airnya dibawah 8%. Pengeringan dengan sinar matahari dilakukan diatas tikar atau rangka pengering, pastikan rimpang tidak saling menumpuk.
Selama pengeringan harus dibolak-balik kira-kira setiap 4 jam sekali agar pengeringan merata, lindungi rimpang tersebut dari air, udara yang lembab dan dari bahan-bahan disekitarnya yang bisa mengkontaminasi.
Pengeringan di dalam oven dilakukan pada suhu 50oC - 60oC. Rimpang yang akan dikeringkan ditaruh di atas tray oven dan pastikan bahwa rimpang tidak saling menumpuk. Setelah pengeringan, timbang jumlah rimpang yang dihasilkan.

1.9.4. Penyortiran Kering
Selanjutnya lakukan sortasi kering pada bahan yang telah dikeringkan dengan cara memisahkan bahan-bahan dari benda-benda asing seperti kerikil, tanah atau kotoran-kotoran lain. Timbang jumlah rimpang hasil penyortiran ini.

1.9.5. Pengemasan
Setelah bersih, rimpang yang kering dikumpulkan dalam wadah kantong plastik atau karung yang bersih dan kedap udara (belum pernah dipakai sebelumnya). Berikan label yang jelas pada wadah tersebut, yang menjelaskan nama bahan, bagian dari tanaman bahan itu, nomor/kode produksi, nama/alamat penghasil, berat bersih dan metode penyimpanannya.

1.9.6. Penyimpanan
Kondisi gudang harus dijaga agar tidak lembab dan suhu tidak melebihi 30oC dan gudang harus memiliki ventilasi baik dan lancar, tidak bocor, terhindar dari kontaminasi bahan lain yang menurunkan kualitas bahan yang bersangkutan, memiliki penerangan yang cukup (hindari dari sinar matahari langsung), serta bersih dan terbebas dari hama gudang.


2. Morning Sickness

2.1. Uraian

Perasaan tidak enak atau mual-mual di pagi hari yang umumnya dialami wanita hamil disebut morning sickness. Istilah ini disebut juga ngidam karena rasa mual jadi mendingan bila wanita hamil yang mengalaminya mengonsumsi makanan yang enak untuk perutnya.

Setiap wanita hamil akan memiliki tingkat derajat mual yang berbeda-beda, ada yang tidak terlalu merasakan apa-apa, tapi ada juga yang merasa mual dan bahkan ada yang merasa sangat mual dan muntah setiap saat sehingga memerlukan pengobatan (hiperemesis gravidarum).

Morning sickness atau rasa mual dan muntah biasanya terjadi pada masa 3 bulan awal kehamilan (trimester pertama kehamilan). Morning sickness biasanya terjadi pada saat bangun tidur karena kadar gula darah menjadi rendah setelah satu malam tanpa makanan.

Laporan menunjukkan bahwa separuh dari wanita hamil mengalami mual dan mulai makanan tertentu saja. Hal ini karena adanya peningkatan hormonal,dan kadang muntah yang lazim disebut morning sickness membuat aktivitas perempuan hamil sangat terganggu.

2.2. Penyebab

Meskipun belum diketahui penyebabnya, mual muntah dalam masa kehamilan berhubungan dengan perubahan kadar hormonal dalam tubuh wanita hamil. Ketika wanita hamil maka akan terjadi peningkatan kadar Hormon Chorionic Gonadotropin (HCG) yang berasal dari plasenta (ari-ari). Hormon ini berfungsi untuk menjaga kecukupan produksi hormon estrogen dan progesteron dari indung telur, yang berdampak pada kehamilan agar sehat dan lancar.

Menurut dr. Dwiana Ocviyanti, Sp.OG, Morning sickness terjadi karena calon janin mengeluarkan hormon Beta HCG (Human Chorionic Hormon) yang menimbulkan, antara lain, rasa mual yang munculnya di pagi hari. Ini karena sepanjang malam ibu hamil kurang minum, sehingga tidak buang air kecil. Akibatnya, Beta HCG dalam darah tidak dibuang dan meningkat jumlahnya, sehingga menimbulkan rasa mual.

Menurut ensiklopedia, rasa mual pada ibu hamil (morning sickness) disebabkan oleh:
Ø Peningkatan pada tingkat sirkulasi hormon estrogen. Hormon estrogen bisa meningkat 100 kali lipat selama masa kehamilan.
Ø Rendahnya kadar gula darah selama masa kehamilan.
Ø Meningkatnya Hormon Chorionic Gonadotropin.

Namun selain itu, hormon ini diduga berefek menimbulkan mual dan muntah terlebih pada tiga bulan kehamilan (trimester pertama) dan akan turun kembali setelah bulan keempat. Oleh karena itu mual muntah ini biasanya akan hilang dengan sendirinya setelah memasuki bulan keempat. Disamping hormon HCG ini, hormon estrogen dianggap juga turut menjadi penyebab mual muntah pada wanita hamil.

2.3. Gejala

Mual muntah dalam masa kehamilan adalah suatu yang normal dan berlangsung hanya pada trimester pertama, namun terkadang timbul mual muntah yang sangat parah yang disebut Hiperemesis Gravidarum . Tanda - tandanya adalah sebagai berikut :
a) Berat badan turun 2,5 s/d 5 kg atau lebih selama trimester pertama.
b) Tidak dapat menelan makanan atau minuman apapun selama 24 jam terakhir.
c) Air kencing berwarna kuning sangat gelap atau tidak kencing selama 8 jam terakhir.
d) Muntah sangat sering kadang bisa setiap jam atau lebih.
e) Mual sangat hebat sehingga selalu muntah saat makan.
Menurut ensiklopedi, gejala-gejala morning sickness biasanya meningkatnya sensitivitas terhadap bau dan meningkatnya frekuensi buang air besar.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN


A. Jenis Penelitian

Salah satu jenis penelitian ditinjau dari tingkat eksplanasinya adalah penelitian deskriptif (Sugiyono: 2006, 5).

I. Pengertian Penelitian Deskripsi
Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena lainnya (Sukmadinata, 2006).
Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan sesuatu, misalnya kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi, atau tentang kecendrungan yang tengah berlangsung.
Furchan (2004) menjelaskan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang dirancang untuk memperoleh informasi tentang status suatu gejala saat penelitian dilakukan. Lebih lanjut dijelaskan, dalam penelitian deskriptif tidak ada perlakuan yang diberikan atau dikendalikan serta tidak ada uji hipotesis sebagaimana yang terdapat pada penelitian eksperiman.

II. Karakteristik Penelitian Deskriptif

Penelitian deskriptif mempunyai karakteristik-karakteristik seperti yang dikemukakan Furchan (2004) bahwa:
1) Penelitian deskriptif cenderung menggambarkan suatu fenomena apa adanya dengan cara menelaah secara teratur-ketat, mengutamakan objektivitas, dan dilakukan secara cermat;
2) Tidak adanya perlakuan yang diberikan atau dikendalikan; dan
3) Tidak adanya uji hipotesis.

III. Jenis-jenis Penelitian Deskriptif

Furchan (2004:448-465) menjelaskan, beberapa jenis penelitian deskriptif, yaitu:
1) Studi kasus, yaitu suatu penyelidikan intensif tentang individu, dan atau unit sosial yang dilakukan secara mendalam dengan menemukan semua variabel penting tentang perkembangan individu atau unit sosial yang diteliti.
Dalam penelitian ini dimungkinkan ditemukannya hal-hal tak terduga kemudian dapat digunakan untuk membuat hipotesis.
2) Survei, studi jenis ini merupakan studi pengumpulan data yang relatif terbatas dari kasus-kasus yang relatif besar jumlahnya. Tujuannya adalah untuk mengumpulkan informasi tentang variabel dan bukan tentang individu.
Berdasarkan ruang lingkupnya (sensus atau survei sampel) dan subyeknya (hal nyata atau tidak nyata), sensus dapat dikelompokkan menjadi beberapa kategori, yaitu: sensus tentang hal-hal yang nyata, sensus tentang hal-hal yang tidak nyata, survei sampel tentang hal-hal yang nyata, dan survei sampel tentang hal-hal yang tidak nyata.
3) Studi perkembangan, studi ini merupakan penelitian yang dilakukan untuk memperoleh informasi yang dapat dipercaya bagaimana sifat-sifat anak pada berbagai usia, bagaimana perbedaan mereka dalam tingkatan-tingkatan usia itu, serta bagaimana mereka tumbuh dan berkembang. Hal ini biasanya dilakukan dengan metode longitudinal dan metode cross-sectional.
4) Studi tindak lanjut, yakni studi yang menyelidiki perkembangan subyek setelah diberi perlakukan atau kondisi tertentu atau mengalami kondisi tertentu.
5) Analisis documenter, studi ini sering juga disebut analisis isi yang juga dapat digunakan untuk menyelidiki variabel sosiologis dan psikologis.
6) Analisis kecenderungan, yakni analisis yang digunakan untuk meramalkan keadaan di masa yang akan datang dengan memperhatikan kecenderungan-kecenderungan yang terjadi.
7) Studi korelasi, yaitu jenis penelitian deskriptif yang bertujuan menetapkan besarnya hubungan antar variabel yang diteliti.

Jenis penelitian deskriptif menurut Sugiyono dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok, yaitu:

1) Apabila hanya mendeskripsikan data apa adanya dan menjelaskan data atau kejadian dengan kalimat-kalimat penjelasan secara kualitatif maka disebut penelitian deskriptif kualitatif;
2) Apabila dilakukan analisis data dengan menghubungkan antara satu variabel dengan variabel yang lain maka disebut deskriptif asosiatif; dan
3) Apabila dalam analisis data dilakukan pembandingan maka disebut deskriptif komparatif.

Dengan landasan diatas, penulis terdorong untuk memakai jenis penelitian deskriptif dalam penelitiannya.


B. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan cara ilmiah yang digunakan untuk mendapatkan data dengan tujuan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan itu dilandasi oleh metode keilmuan. Menurut Jujun S. Suriasumantri (1978) metode keilmuan ini merupakan suatu gabungan antara pendekatan rasional dan empiris . Pendekatan rasional memberikan kerangka berfikir yang koheren dan logis. Sedangkan pendekatan empiris memberikan kerangka pengujian dalam memastikan suatu kebenaran. Salah satu jenis metode penelitian adalah metode Library Research.

Library Research (metode kepustakaan) adalah penelitian yang bersifat mencari data yang bersifat teoritis, baik dari sumber buku-buku maupun sumber lainnya yang mendukung terhadap penelitian tersebut.

Dengan landasan pernyataan diatas dan melihat pada jenis penelitian yang digunakan (penelitian deskriptif), penulis terdorong untuk memakai metode penelitian Library Research dalam penelitiannya.


















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil
a. Perbandingan Fisik secara Umum
Ø Ibu yang tidak mengkonsumsi jahe ketika mengalami morning sickness
Ibu yang tidak mengkonsumsi obat tradisional jahe ketika mengalami morning sickness pada masa kehamilannya mengalami rasa mual yang sangat tinggi, tubuh selalu lemas, tingginya frekuensi muntah, dan akan berpengaruh pada psikologi. Sang Ibu akan mengalami tingkat kemalasan yang tinggi, lebih sensitif (mudah marah), serta gajala susah makan dan tidur.
Ø Ibu yang mengkonsumsi jahe ketika mengalami morning sickness
Ibu yang mengkonsumsi obat tradisional jahe ketika mengalami morning sickness pada masa kehamilannya mengalami sensasi rasa segar pada tubuh dan tingkat mualpun tidak terlalu tinggi serta frekuensi muntahpun hanya sesekali saja.

B. Pembahasan/Analisis Data

Mengacu pada hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis, penulis dapat melihat bahwa antara ibu hamil yang tidak mengkonsumsi jahe ketika mengalami morning sickness dengan Ibu hamil yang mengkonsumsi jahe ketika mengalami mornig sickness memiliki perbedaan. Ibu hamil yang tidak mengkonsumsi jahe ketika mengalami morning sickness pada masa kehamilannya mengalami rasa mual yang sangat tinggi, tubuh selalu lemas, tingginya frekuensi muntah, dan akan berpengaruh pada psikologi sang Ibu. Sedangkan Ibu hamil yang mengkonsumsi jahe ketika mengalami morning sickness pada masa kehamilannya dapat beraktivitas dengan baik, dan sang Ibu merasakan sensasi rasa segar pada tubuh dan tingkat mualpun tidak terlalu tinggi serta frekuensi muntahpun hanya sesekali saja.

Jahe yang ber-
Divisi : Spermatophyta
Sub-divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Zingiber
Species : Zingiber officinale
Mengandung minyak atsiri, damar, mineral sineol, fellandren, kamfer, borneol, zingiberin, zingiberol, gigerol ( misalnya di bagian-bagian merah), zingeron, lipidas, asam aminos, niacin, vitamin A, B1, B6, C dan protein. Minyak jahe berwarna kuning dan kental. Minyak ini kebanyakan mengandung terpen, fellandren, dextrokamfen, bahan sesquiterpen yang dinamakan zingiberen, zingeron damar, dan pati.

Jahe dapat merangsang kelenjar pencernaan, baik untuk membangkitkan nafsu makan dan pencernaan (pati, zingeberin, zingeberol). Jahe berguna sebagai obat gosok untuk penyakit encok dan sakit kepala(vitamin A). Jahe segar yang ditumbuk halus dapat digunakan sebagai obat luar untuk sebagai obat mulas (minyak atsiri, damar, mineral sireol). Rasa dan aromanya pedas dapat menghangatkan tubuh dan mengeluarkan keringat. Minyak atsirinya bermanfaat untuk menghilangkan nyeri, anti inflamasi dan anti bakteri. Air perasan umbinya (akar tongkat) digunakan untuk penyakit katarak. Pada umumnya jahe dipakai sebagai pencampur beberapa jenis obat yaitu sebagai obat batuk, rnengobati luka luar dan dalam, melawan gatal (umbinya ditumbuk halus), untuk mengobati gigitan ular, dan untuk mengobati rasa mual baik dalam perjalanan maupun pada masa kehamilan atau biasa disebut morning sickness (minyak atsiri, asam aminos, vitamin B dan Vitamin B6).

Morning sickness (rasa mual pada ibu hamil) biasanya disebabkan oleh:
Ø Peningkatan pada tingkat sirkulasi hormon estrogen. Hormon estrogen bisa meningkat 100 kali lipat selama masa kehamilan.
Ø Rendahnya kadar gula darah selama masa kehamilan.
Ø Meningkatnya Hormon Chorionic Gonadotropin.

Morning sickness bisa diobati dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung zat yang bisa mengeluarkan atau menurunkan kadar hormon chorionic gonadotropin yang menumpuk pada Ibu yang sedang hamil pada masa kehamilan trimester pertama (3 bulan pertama). Zat atau vitamin yang bisa merangsang HCG untuk keluar dari tubuh melalui saluran eksresi diantaranya vitamin B6, minyak atsiri, asam aminos dan vitamin B. Zat-zat atau vitamin tersebut terkandung dalam tanaman jahe. Oleh karena itu, Ibu hamil yang menkonsumsi jahe tidak begitu merasakan gejala morning sickness karena jahe mengandung zat atau vitanin yang dapat merangsang HCG untuk keluar dari tubuh.






BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan

Berdasarkan data-data yang diperoleh dari hasil penelitian deskriptif dan Library Research, maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa jahe yang mengandung minyak atsiri, damar, mineral sineol, fellandren, kamfer, borneol, zingiberin, zingiberol, gigerol ( misalnya di bagian-bagian merah), zingeron, lipidas, asam aminos, niacin, vitamin A, B1, B6, C dan protein, dextrokamfen dapat berpengaruh dalam mengurangi syndrom morning sickness (rasa mual yang terjadi pada masa kehamilan) pada masa kehamilan, khususnya minyak atsiri, vitamin B6, asam aminos dan vitamin B yang dapat merangsang Hormon Chorionic Gonadotropin (HCG) keluar dari tubuh melalui saluran eksresi.

B. Saran
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis, untuk menghilangkan atau mengurangi rasa mual pada masa kehamilan, maka penulis menghimbau agar :

Ø Jangan takut sering buang air kecil, karena buang air kecil sangat dibutuhkan untuk membuang Beta HCG.
Ø Mengkonsumsi biskuit dan buah-buahan kering semacam kismis, prunes, dan apel. Buah-buahan kering ini mengandung glukosa dan serat tinggi, sehingga melancarkan buang air.
Ø Tidur bukanlah cara tepat menghilangkan mual, karena aliran darah jadi tidak lancar, sehingga buang airpun terganggu.
Ø Mengkonsumsi jahe, baik dalm kapsul obat jahe, teh jahe, jahe tumbuk, maupun bandrek (minuman yang terbuat murni dari jahe).
Ø Makan dalam jumlah sedikit tapi sering, jangan makan dalam jumlah atau porsi besar hanya akan membuat anda bertambah mual. Berusahalah makan sewaktu anda dapat makan, dengan porsi kecil tapi sering.
Ø Hindari makanan yang berlemak, berminyak dan pedas yang akan memperburuk rasa mual anda.
Ø Minum yang cukup untuk menghindari dehidrasi akibat muntah. Minumlah air putih, ataupun juice. Hindari minuman yang mengandung kafein dan karbonat.
Ø Istirahat dan relax akan sangat membantu anda mengatasi rasa mual muntah. Karena bila anda stress hanya akan memperburuk rasa mual anda.
Ø Menghindari makanan berbau tajam, asap rokok atau parfum yang berbau menyengat yang dapat menjadi pemicu mual muntah.
Ø Beberapa suplemen makanan dapat membantu mengurangi mual muntah seperti minuman jahe atau vitamin B6.
Ø Jangan segera berbaring setelah makan, sebaiknya duduk tegak selama beberapa saat agar tidak kembung atau mual.
Ø Hindari banyak minum saat makan, tunggulah 30 menit setelah makan baru minum air. Di luar waktu makan Anda diharapkan untuk minum lebih banyak.
Ø Konsultasi ke dokter kandungan Anda jika mual muntah masih berlanjut.




DAFTAR PUSTAKA


Furchan, A. 2004. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Sukmadinata. 2006. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosdakarya
Anonimous. 1994. Hasil Penelitian Dalam Rangka Pemanfaatan Pestisida Nabati. Bogor: Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat
Anonimous. 1989. Vademekum Bahan Obat Alam. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Anonimous. 1999. Mengenal Budidaya Jahe dan Prospek Jahe. Jakarta: Koperasi Daar El-Kutub
----------. 1999. Ekspor Jahe Terbentur Musim. Jakarta: Info Agribisnis Trubus
----------. 1999. Investasi Agribisnis Komoditas Unggulan Tanaman Pangan dan Holtikultura. Yogyakarta: Kanisius
Paimin, FB. 1999. Budidaya, Pengolahan, Perdagangan Jahe. Jakarta: Penebar Swadaya
Koswara, S. 1995. Jahe dan Hasil Olahannya. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
Santoso, HB. 1994. Jahe Gajah. Yogyakarta: Kanisius
Yoganingrum, A. 1999. Paket Informasi Teknologi Budidaya dan Pasca Panen. Jakarta: Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah-LIPI
Paimin F.B., Murhananto. 1998. Budidaya Pengolahan Perdagangan Jahe. Jakarta:Penebar Swadaya

Majalah :
Courtesy of Pregnancy & Birth. Edisi 23 Mei 2007

Internet/Websites :
www.infoibu.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=16 - 27k
www.weddingku.com/communitydetail.asp?articleID=1002751&articleCategoryID=1000152
www.info-sehat.com/news.php?nid=703 - 14k
www.ayahbunda-online.com/info_ayahbunda/info_detail.asp?id=pengalaman&info_id=215
www.gallery.bayisehat.com




































Lampiran


GLOSARIUM

Bedengan : gundukan tanah yang biasa digunakan untuk menanam tanaman yang tak berbatang tinggi.
Terna : lapisan pelepah; seperti pada pisang.
Penyulingan : proses penguapan pada tanaman dengan cara perebusan.
Peluruh : penyembuhan.
Penyemaian : penguburan tanaman sebelum ditanam di areal pertanaman agar tanaman tidak mengalami kematian dan lebih siap untuk ditanam.
Larutan fungisida : larutan berupa racun yang diberikan kepada tanaman agar tidak tumbuh jamur.
Fusarium sp. : penyakit yang ditimbulkan oleh jamur dengan ciri-ciri jahe berjelaga hitam.
Pythium sp. : busuk pada tanaman yang disebabkan oleh bakteri.
Pengapuran : upaya menetralisir keasaman tanah dengan cara memberikan kapur pertanian.
Monokultur : penanaman tanaman sejenis pada satu lahan.
Tumpangsari : penanaman tanaman dengan mencampurkan dengan tanaman lain yang saling menguntungkan.
Penyulaman : upaya penanaman kembali bibit tanaman yang mati; menggantinya dengan bibit tanaman yang hidup.
Penyiangan : upaya pembersihan hama atau gulma tanaman.
Pupuk sisipan : pupuk anorganik yang diberikan kepada tanaman untuk menambah kesuburan tanah.
Herbisida : racun yang berfungsi untuk membunuh gulma atau rumpun pengganggu.
Residu toksik : penumpukan racun tertentu pada organ tubuh tanaman yang berakibat fatal pada waktu tertentu.
Larvasida : pestisida pembunuh larva serangga.
Sortasi : upaya pengklasifikasian tanaman berdasarkan ukuran tanaman tersebut.
Perajangan : upaya pemotongan rimpang untuk mempermudah pengepakan.

1 komentar:

Dinni nurhayani mengatakan...

Isi blog anda tidak kreatif, banyak copy-paste,,,
contohnya, karya tulis ilmiah tentang cokelat,, itu kan karya tulis teman saya.. (saya skolah di SMAN CMBBS)

dan setahu saya juga Rika (yg nulis karya ilmiah tsb), saudara tidak pernah meminta izin untuk mempublish karya tulis ini...